Selasa, 07 April 2009

Jangan percaya demokrasi,, belajar dari kegagalan FIS (Front Islamique de Salut)

Sebuah pengalaman berharga yg patut kita ambil ibrahnya,t’kait dgn perjuangan Islam lwat parlemen adalah FIS di kancah demokrasi Aljazair awal thn 90-an.Kkecewaan publik t’hdp kinerja pemerintah nasionalis kala itu m’awali kelahiran FIS sbg organisasi yg m’perjuangkan tegaknya khilafah Islam. Era keterbukaan kala itu m’berikan peluang bg FIS untuk ikut serta dalam pemilu lokal.Pd pemilihan putaran pertama FIS b’hasil memperoleh suara mayoritas. FIS kmbali mengumpulkan suara terbanyak di pemilu putaran kedua & b’hasil menempatkan mayoritas wakilnya di parlemen. Namun situasi ini m’buat para pengawal demokrasi dlm hal ini Perancis,mrasa bahwa FIS adlh ancaman serius bagi eksistensi demokrasi itu sendiri. Akhirnya pihak militer (antek-antek Perancis) menganulir hasil pemilu & m’berangus sluruh jaringan FIS hingga akhirnya FIS ditetapkan sbg organisasi terlarang tahun 1992. sebuah inkonsistensi yg diperagakan sendiri oleh perumus demokrasi. Apa yg menimpa FIS kiranya cukup memberikan pelajaran bagi mereka yang “NGOTOT” menempuh jalur ini.Bahkan FIS buru-buru diberangus sebelum sempat mencicipi kursi parlemen. Kegagalan ini berawal dr metode yg salah dalam menegakkan Islam. Sampai kapanpun Islam tidak akan pernah berhasil diperjuangkan lewat jalur ini, karena Islam dan demokrasi b’tentangan dan berdiri sendiri-sendiri. beberapa alasan yg hendaknya kita renungkan : 1. Islam adalah agama Allah yg diturunkan bg hamba-Nya.Islam m’punyai tujuan-tujuan & metode-metode khusus dlm tarafnya sbg dien rabbani. Sdngkan tujuan Islam tdklah dicapai kecuali melalui perantara syar’i yg telah ditetapkan olh Alqur’an N Sunnah. Adapun ketika tujuan syar’i dicapai melalui metode selain metode syar’i yg benar, maka ini adalah sebuah kesesatan dan penyimpangan dr kebenaran. 2.Kemenangan bagi mukminin di dunia mempunyai syarat, yaitu Tauhid dan menjauhi syirik dan smua yg berpotensi menimbulkannya.Firman Allah : “Dan Allah tlh berjanji kpd orang-orang yg beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shaleh bhw Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mreka berkuasa dimuka bumi. sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yg telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada m’persekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yg tetap kafir sesudah janji itu,maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (An Nur : 55)..Sedang demokrasi adalah pemikiran yg identik dgn unsur kesyirikan,b’diri di atas kesyirikan yg menjadikan manusia sbg sumber pembuatan syariat,vonis halal dan haram. Dengan keadaan ini bagaimana mungkin pertolongan Allah datang sedangkan pelakunya berkubang dalam kesyirikan dan kekufuran. 3.Sebab kegagalan kaum kaum muslimin memperjuangkan Islam lewat jalur perlemen adalah perseteruan abadi antara haq dan bathil sejak munculnya kehidupan di dunia ini.Orang kafir baik dr sgala bentuk firqah dan mazhab tdk akan pernah membiarkan berdirinya kekuasaan. Terlebih di zaman skrg yg semakin dekatnya dengan akhir zaman,sebagaimana berita dari Rasulullah bahwa Islam dtg dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya.Dan juga sedikitnya jumlah kaum muslimin yg tetap konsisten dengan ajaran Islam semakin memperjelas betapa tingginya dinding pemisah antara Islam dan demokrasi. Bagaimana mungkin jumlah yg sedikit ini akan memenangkan suara yg mayoritas dikuasai orang kafir.
inilah realita yg terjadi di dalam sistem demokrasi yg tdk memungkinkan Islam untuk mengatur di dalamnya. Karena asas sekularitas begitu kental dlm prinsip demokrasi. Kalaupun mreka berhasil menguasai parlemen lantas bertekad menerapkan hukum Islam,timbul pertanyaan. Kemudian hukum Islam yg bagaimana yg akan mreka terapkan?? Yang sesuai dengan kitab wa sunnah spt pd zaman Nabi dulu,atau hukum Islam yg bisa mengakomodir seluruh pemahaman yg ada pada kelompok-kelompok (partai) yg bersatu???

Sebenarnya kegagalan perjuangan Islam lewat demokrasi tidak hanya terjadi di Aljazair saja.Tengoklah partai Ikhwanul Muslimin di Yordania, partai Refah di Turki dan terakhir Hammas di Palestina. Hammas walaupun menang scara mutlak atas rivalnya Fatah, ternyata tidak mampu memerintah otoritas Palestina secara keseluruhan.Barat sendiri mengingkari kemenangan Hammas yg scara sah menempuh jalur pemilu buatan mreka. Hal ini wajar dan logis karena barat tdk mungkin merelakan kemenangan Islam,sedang Islam sendiri scara frontal bertentangan dengan sistem demokrasi dan beresiko menghancurkan sistem ini.
Suatu ketika pernah Sayyid Qutb ditemui seorang utusan dr Sudan yg mengisahkan kemenangan kaum muslimin di sana ditandai dengan tumbangnya rezim militer. Dan dimulainya babak baru penerapan syariat Islam yg mreka tempuh melalui jalur pemilu.Mendengar penuturan ikhwan Sudan ini,Sayyid Qutb berkata : “ Bahwa penegakkan syariat Islam di belahan bumi manapun sekali-kali tdak akan pernah tercapai melalui jalan ini (demokrasi), dan tidak akan tercapai melainkan melalui manhaj yg lambat,panjang selalu bertujuan pembinaan organisasi yg kuat dan bukan semata-mata tujuan puncak (khilafah).
Dimulai dari penanaman aqidah yg benar dan tarbiyah Islamiyah akhlaqiyah. Dan jalan ini yg terkesan lambat dan panjang sebenarnya adalah jalan terdekat dan tercepat di antara jalan-jalan yg lain. Inilah yg seharusnya mulai direnungkan kembali oleh para aktivis Islam negri ini yg terlanjur berkubang dalam lumpur demokrasi. Sudah benarkah jalan mereka atau ada tendensi lain yg menggelayuti pikiran mereka yg berawal dr dakwah namun berakhir dengan UPAH??? Ingatlah kita akan sebuah perkataan : “Seorang Mukmin yg cerdas dan pandai tidak akan terjatuh ke sebuah lubang yg sama dua kali”. adapun mreka yg berjuang lewat demokrasi telah JATUH BERPULUH-PULUH KALI DAN BELUM JUGA MENGAMBIL PELAJARAN DARINYA…
Wallahu Musta’an..