Selasa, 21 Desember 2010

Asia to Gaza Solidarity Caravan (Part - 2)

TURKI DAN IHH INSANI YARDIM VAKFI
Kamis, 16 Desember 2010

Waktu menunjukkan pukul 05.45 waktu Bazarghan, saatnya melaksanakan sholat shubuh untuk wilayah Bazarghan yang berbatasan langsung dengan Turki, sholat shubuh kami laksanakan didalam kamar Hotel tanpa petunjuk arah kiblat, kita hanya melihat matahari muncul dan menerka arah kiblat. Satu jam berselang pasca berkemas kita turun ke lantai satu untuk menikmati sarapan pagi ala Hamid Hotel yaitu sebongkah roti, krim keju, dan madu. Aktivitas di lobi hotel begitu sibuk dari menukar mata uang, pendataan ulang peserta karavan dan lain-lain. Mobil pik up datang barang kami diangkut semua kedalam dua mobil pik up, sementara peserta karavan berjalan kaki sekitar 500 meter hingga tiba dikawasan perbatasan.

No camera..kita dilarang ambil gambar selama di perbatasan oleh polisi Turki dan antrian panjang mewarnai prosesi pengecekan visa untuk masuk Turki, khusus orang Indonesia kita langsung lewat untuk bayar visa on arrival dulu, baru kemudian kembali ke loket untuk menunjukkan passpor dan visa, lepas dari itu barang-barng kami diperiksa kemudian kita berjalan sekitar 200 meter hingga terlihat tig bus IHH menyambut kami.

Sisi Turki yang berbatasan langsung dengan Iran bernama Dogu-Bayazid, kita jumpa pers sejenak di Dogu-Bayazid sekaligus sambutan dari Akhi Sholahuddin dari NGO Van yang berafiliasi dengan IHH, mulai bermunculan akhwat-akhwat bercadar yang seakan berkata dengan cadarnya bahwa kami adalah orang-orang Suni. Kota pertama yang kita tuju di Turki yaitu kota Van. Perjalanan kami diiringi dengan pengunungan dan perbukitan di kanan dan kiri jalan, mulai dari gunung Ararat tempat bermukimnya orang-orang traisional Kurdi dan bukit-bukit berlapis salju disepanjang jalan kami menuju Van. Terlihat model rumah-rumah orang Kurdi yang unik seperti benteng tanpa genteng namun bagian atas rumah diberi lapisan jerami yang cukup tebal, terlihat para peternak-peternak domba sedang menggembala domba-dombanya, nampaknya mata pencaharian orang-orang setempat adalah peternak domba.

Van

Tiba di Van setelah dua setengah jam perjalanan. Van kota yang cukup padat dengan rusun-rusun, jalan raya tidak terlalu lebar sehingga laju kendaraan tidak bisa terlalu cepat, IHH membawa satu mobil sejenis van dengan sound sistem lengkap memperdengarkan nasyid-nasyid disepanjang jalan. Masyarakat dipinggir jalan yang cukup ramai karena pada jam itu merupakan jam pulang kerja pada hari kamis terlihat memandang karavan kami dengan pandangan keheranan walaupun ada beberapa yang menyambut lambaian tangan kami.

Awalnya teman-teman underestimate dengan masyarakat Turki yang kemungkinan tidak akan menyambut karavan sebagaimana masyarakat Iran, terlebih ketika baru masuk Van. Rombongan berhenti di depan sebuah bangunan yang telah dilengkapi spanduk-spanduk berbahasa Turki yang berarti sam butan kepada rombongan Asia Caravan to Gaza, setelah kita masuk ternyata itu adalah stadion bola basket yang akan digunakan untuk acara konferensi pers dan seminar Asia Caravan to Gaza. Kami mengawali kegiatan di Van dengan sholat jama' zhuhur-ashar di masjid persis di depan stadion dengan diantar oleh salah seorang penduduk lokal yang kami tak kenal siapa namanya kami diajak ke toilet untuk wudhu dan dia yang bayari kami untuk “ongkos” toiletnya, setelah itu dia pergi. Ba'da soholat kita kembali ke stadion..Subhanalloh..anggapan teman-teman bahwa di Turki tidak akan sesemarak Iran terbantahkan masyarakat berdatangan dari kaum muda,tua,anak-anak memenuhi kursi stadion dan hiruk pikuk para akhwat bergamis terlihat membawa panci-panci besar ke ruang belakang stadion, kemungkinan itu adalah sumbangan warga untuk makan malam pertama kami di Turki.

Hadirin di stadion duduk rapih laki-laki di sisi kiri dan wanita di sisi kanan terlihat mereka mengenakan pakaian berwarna gelap lengkap dengan cadar dan slayer hijau bertuliskan La Ilaha Illa Allah Muhammadar Rasulullah, saya dihadiahi oleh salah seorang akhwat berjubah hitam slayer hijau tersebut yang saya tak tahu siapa namanya. Adzan berkumandang kami mengira itu adzan ashar, ternyata itu adalah adzan maghrib sementara waktu baru menunjukkan pukul 16.00 waktu Turki, memang pada musim dingin di Turki waktu siang begitu singkat. Para hadirin berangsur-angsur melaksanakan sholat, keluar dari stadion. Tiba acara inti dimulai, setiap negara diwakili oleh satu orang pembicara, mba Rachmawati dari VoP mewakili Indonesia.

Meja pembicara dilatari backdrop bertuliskan “Welcome to The Blue Van The Marmara Activists” dalam lima bahasa yaitu Inggris, Turkis, Rusian, Arab dan Parsi, ini pertanda kenangan tragedi Mavi Marmara begitu melekat di hati masyarakat Turki dan begitu populer sehingga setiap aktivis yang hendak ke Gaza dalam rangka menolong kaum Muslimin disana disebut dengan Aktivis Marmara. Setelah perwakilan dari delapan negara (jumlah sementara negara-negara yang bergabung dengan Asia Caravan to Gaza) berbicara diiringi dentuman-dentuman takbir menggetarkan seisi stadion, satu pembicara fenomenal pada malam itu yang berbicara dengan bahasa arab, berbicara tentang syahadah dan menyinggung perjuangan dua tokoh penting Hamas yang telah syahid insya Alloh Syaikh Ahmad Yasin dan Abdul Aziz Rantisi membangkitkan semangat semua hadirin pada malam itu, Pak Cik begitu kami menyepa beliau adalah Ustadz Norazli dari Munirah Care Malaysia yang menggemparkan stadion malam itu dengan pidatonya dan penampilan layaknya Mujahidin Taliban dengan sorban melibat kepala dan janggut panjang menjuntai hingga ke perut.

Setelah acara sejenis seminar itu selesai, saya melihat hampir semua hadirin laki-laki menghampiri Pak Cik mengantri bersalaman, berpelukan dan tidak sedikit yang meminta berfoto bersama, yang paling menakjubkan ada seorang ibu menghampiri Pak Cik dan memberikan cincin emasnya untuk membantu perjalanan ke Gaza Subhanalloh. Kami pun dihampiri oleh mereka walau tidak seperti Pak Cik, mereka menyalami serta memeluk kami, mereka memperlakukan kami layaknya Mujahidin yang akan berangkat ke medan tempur.

Matras digelar tanda waktu makan malam akan dimulai, bukan hanya kami para delegasi karavan yang makan, namun semua hadirin diajak makan bersama di lapangan itu, para akhwat membuat lingkaran sendiri terpisah dari kami para ikhwan. Alhamdulillah makan malam kami pada malam itu dengan nasi ayam dan sayur lalapan khas Turki, begitu nikmat makan malam itu karena berjama'ah dan juga baru kali itu kami makan nasi selama sehari, namanya juga orang Indonesia kalau belum makan nasi berarti belum makan.

Kesemua kegiatan kami di Van diselenggarakan oleh IHH Insani Yardim Vakfi yang lebih sering disebut IHH sebuah NGO kaliber internasional yang bermarkas di Istanbul, begitu fenomenal manakala bicara Gaza dan IHH mengingat mereka telah mempersembahkan syuhada insya Alloh pada tragedi Mavi Marmara dalam rangka membuka blokade Gaza, sepanjang perjalanan kami dari perbatasan hingga Van bendera IHH dan Palestina berkibar di setiap kendaraan, setiap orang menggunakan shall Palestina dan IHH. IHH engkau begitu fenomenal di dunia maupun di negara asalmu...


TURKI DAN IHH INSANI YARDIM VAKFI
Jum'at, 17 Desember 2010


Pertemuan dengan Abu Zainab di Van

Matras kembali digulung tiba para hadirin dan kami peserta karavan bercengkrama, berfoto bersama pasca makan malam, saya menjumpai seorang bernama Abu Zainab kemudian kami berbincang seputar tema keIslaman, beliau mengatakan bahwa masyarakat Van mayoritas Sunni mengikuti madzhab Muhammad bin Idris Asy Syafi'i, saya katakan bahwa di negara saya Indonesia juga mayoritas bermadzhab Syafi'i, beliau memeluk saya, kemudian beliau berkata lagi bahwa kami mengikuti para salaf, langsung saya sahut dengan menyebutkan beberapa nama ulama diantaranya Al Albani, Ibnu Baz, Ibnu Utsaimin, beliau kembali memeluk saya erat hingga badan saya terangkat.

Beliau berbincang ke saya dengan suara perlahan dan mendekati telinga saya, saya pun mengikuti dengan berbicara sedikit berbisik kepada beliau, ternyata beliau hendak mengabarkan bahwa beliau juga mendukung perjuangan Mujahidin Ahlus Sunnah di Checnya, Afghanistan, Iraq tentunya Palestina, dan mengatakan bahwa Asy Syahid Abdul Azzam, Syamil Basayef, Khottob berikut Syaikh Usamah bin Ladin adalah panutan kami, Subhanalloh..kemudian beliau kembali memeluk saya. Setelah itu Abu Zainab memperdengarkan nasyid-nasyid jihad di hp-nya ke saya tak lupa kita berfoto bersama seraya beliau memanggil teman-teman beliau dan berkata, “Mujahid...Mujahid...”, saya pun memanggil dr.Misbah. Luar biasa Alloh
mempertemukan kami dengan orang seperti mereka.

Panggilan panitia terdengar tiba saatnya kami meninggalkan stadion menuju guest house yang disediakan oleh Akhi Sholahuddin dan NGO-nya berjarak sekitar 1
kilometer dari stadion. Malam itu kami tidur di ruang semacam aula berkarpet
merah di lantai 2 sebuah rusun milik NGO-nya Sholahuddin, kami tidak menurunkan tas-tas besar kami dari bus, konsekuensinya pagi hari kami mandi dengan gaya
“minimalis”.


Sabtu, 18 Desember 2010

Menuju Diyarbakir dengan Nasib Bangsa Shalahuddin Al Ayyubi

“Go to the breakfast !!!”, Akhi Jamal dari IHH memanggil peserta karavan untuk ke lantai 6 rusun, kita makan pagi kali ini dengan sebongkah roti, selai, keju, madu dan buah zaitun yang pahit sepat rasany, walaupun begitu kita tetap semangat bahkan Pak Cik bilang, “It's a real caravan...” mengingat di Iran kita begitu dimanjakan sementara di Turki kita benar-benar diperlakukan sederhana. Sarapan selesai kita menuju kembali ke stadion dengan berjalan kaki lebih kurang 500 meter.

Peserta kumpul, semua siap berangkat, tim Indonesia satu bus dengan Iran,
Bahrain, Jepang, Malaysia dan dua orang lokal Van yang baru bergabung. Kami menuju Diyarbakir sekitar 6 jam dari Van, pukul.07.00 kita berangkat. Dalam perjalanan ke Diyarbakir kita melalui beberapa titik daerah untuk jumpa pers sekitar 15-30 menit, sementara hanya satu orang perwakilan dari setiap negara yang boleh turun, penumpang bus tetap di bus selama mampir-mampir di beberapa titik. Daerah pertama yang kita hampiri adalah Tatvan, daerah kecil yang diapit oleh kedua bukit bersalju. Perjalanan dilanjutkan, saya berbincang dengan 2 rekan baru dari Van yang duduk tepat di belakang dr.Misbah sementara saya tepat disebrang kanan dr.Misbah, mereka bernama Ibrahim yang lebih senang dipanggil Black Crowdan Gutmann, keduanya merupakan aktivis HAM antiperang dan antinegara menurut pengakuan mereka.

Awalnya kami sekedar bercerita tentang motivasi mengikuti karavan ini, kemudian hubungan mereka dengan IHH dan seputar ideologi mereka, namun pembicaraan semakin menarik Ibrahim terus bercerita dengan sesekali dipertajam dengan pertanyaan dari Ukhti Anna Susanti (TVone),sementara bus terus melaju menyisir tepi danau Van yang cukup panjang. Dalam pembicaraan itu Ibrahim bercerita tentang kengerian yang terjadi di wilayah-wilayah yang baru dan akan kita lewati dari Dogubayazid sampai Gaziantep sesuai jadwal karavan, daerah-daerah tersebut adalah daerah yang dihuni oleh mayoritas etnis Kurdi. Sedikitnya rata-rata ada 50 orang tewas setiap harinya akibat pembantaian “legal” oleh pemerintah Turki dengan cara dijatuhi bom-bom oleh helikopter Turki, etnis Kurdi mayoritas mendiami wilayah pegunungan disekitar wilyah Turki Timur hingga Selatan. Ukhti Anna berkata,”O...pantas di sekitar Dogubayazid kemarin rumah-rumah dibukit itu bentuknya seperti benteng dan ditutupi jerami yang tebal, mungkin untuk kamuflase menghindari pengeboman.

Ibrahim melanjutkan, “Disini setiap anak usia 7 tahun dipenjara hingga usia 12 tahun tanpa ada alasan dalam rangka merusak mental mereka”, saya dan Ukhti Anna terhenyak betapa mirisnya kisah orang-orang Kurdi di Turki. Ibrahim sangat mengetahui tentang hal ini mengingat ia adalah keturunan Kurdi, ayahnya berkebangsaan India dan ibunya Kurdi, ia sempat akan di penjara ketika kecil namun orang tuanya membayar sejumlah uang ke aparat pemerintah agar Ibrahim tidak di penjara. Hari ini menurut salah seorang aktivis IHH yang saya tanyakan,pembantaian dan pemenjaraan itu sudah tidak ada lagi walaupun ia membenarkan hal tersebut pernah terjadi, hanya pemerintah Turki masih menyikapi kaum Kurdi secara diskriminatif hingga hari ini.

Bangsa Kurdi adalah bangsa yang hidup di wilayah barat Iran, utara Irak dan
timur-selatan Turki, mereka biasa mendiami perbukitan dan pegunungan, mereka
terdiskriminasi di setiap negara dimana mereka tinggal, ada isu mereka ingin
membuat negara Kurdi sendiri, baik isu itu benar atau salah, intinya bangsa
Kurdi adalah bangsa Muslim yang juga berhak kita perhatikan bahkan mereka telah menyumbangkan putra terbaik untuk Islam yang hingga hari ini namanya harum dan
erat kaitannya dengan Al Aqsa, dialah Shalahuddin Al Ayyubi Al Kurdiy,
pahlawan Islam yang telah membuka Al Aqsa dan mengharumkan nama Islam pada
masanya. Ada analisa bahwa memang ada konspirasi besar orang-orang kafir yang
didalangi Yahudi-Salibis untuk memusnahkan bangsa Kurdi karena mereka khawatir
akan munculnya sosok seperti Shalahuddin Al Ayyubi.


Kemudian tepat waktu zhuhur (pukul.11.30) kita tiba di Baykan tepatnya di
Masjid Veysel Karani bersebelahan dengan makam Veysel Karani (nama ulama yang
menyebarkan Islam di wilayah itu yang berasal dari Yaman) untuk istirahat
sejenak dan ke kamar kecil bagi yang memerlukan, persis di depan masjid ada
pasar dan warga berbondong-bondong mendatangi kami bertakbir,bertahlil,bertahmid, namun ada kesan sedikit tidak bersahabat dipasar itu dijaga ketat oleh aparat bersenjata laras panjang lengkap dengan tampang garang, wajar ini adalah wilayah mayoritas Kurdi. Perjalanan kita lanjutkan dengan sedikit teguran keras dari Akhi Jamal IHH, karena waktu istirahat tadi banyak peserta karavan yang hilang, padahal Akhi Jamal telah mengingatkan dengan tegas sejak awal bahwa istirahat hanya sebentar sekedar ke toilet saja.

Berjumpa Dengan Presiden IHH Bulent Yeldrim

Tiga jam kemudian kita tiba di kota Diyarbakir, kota yang juga dihuni mayoritas Kurdi dan keturunan Arab, banyak warga disini yang bisa berbahasa Arab, konon
menurut cerita masyarakat lokal nama Diyarbakir diambil dari nama Abu Bakar
Radhiallahu'anhu.

Kita tiba di tengah kota, sebuah perempatan dengan Masjid di salah satu sudutnya, kita sholat terlebih dahulu, kemudian melebur dengan ribuan orang di perempatan itu, mereka membawa karton-karton berslogan menyemangati perjuangan kaum Muslimin Palestina, bendera La iIlaha Illa Allah, Muhammadar Rasulullahdan foto Asy Syahid Insya AllohAli Heyder Bengi, salah seorang relawan Mavi Marmara yang tewas tertembak, ia berasal dari Diyarbakir.

Suasana saat itu begitu bersemangat seperti di Van, relawan-relawan IHH dari
Diyarbakir membuat border di barisan depan massa memberi ruang pada para
wartawan, panggung setinggi 1,5 meter lengkap dengan sound sistem tempat
bertenggernya para orator diantaranya perwakilan IHH Diyarbakir, Feroze
Mithiborwala dan beberapa pembicara lain. Feroze menyapa hadirin dengan
sapaan,”Wahai kaum Shalahuddin....”, kemudian berpidato tentang semangat
perlawanan untuk membebaskan Al Aqsa, namun penerjemahan orasi Feroze seperti
dipotong dan pidatonya pun dihentikan, pembicara lain pun sangat dibatasi
ketika berbicara. Saya naik ke atas panggung, terlihat di sisi kanan dan depan
pangung para ikhwan sementara di sisi kiri panggung dipenuhi para akhwat
termasuk di dalamnya istri Ali Heyder Bengi, kemudian terjawablah pertanyaan
saya mengapa orasi-orasi itu seakan dibatasi, dibelakang barisan massa terlihat 2 mobil watercanon beserta polisi anti huru-hara menjaga ketat dengan senjata
laras panjangnya, lagi-lagi satu alasan Diyarbakir adalah wilayah mayoritas
Kurdi.

Tepat pukul.16.00 orasi selesai, kami diantar ke gelanggang olah raga DSI Diyarbakir, tempat ini adalah tempat terakhir kami hari itu di Diyarbakir,
kami akan bermalam di stadion itu. Sekitar 1 jam istirahat dan sholat, kita
makan malam bersama, kali ini Subhanallah..doa Akhi Syahril (juru kamera TVone) terkabul, di bus tadi siang beliau bilang,”mudah-mudahan makan malam ini pakai
gulai..”, ternyata benar kami disuguhi lauk ayam gulai khas Turki, ini adalah
pertama kali kami dapat makanan yang ada pedas-pedasnya, Alhamdulillah, di
penghujung makan malam ada tamu penting datang yaitu presiden IHH Fahmi Bulent
Yeldrim, beliau baru tiba langsung dari Istanbul.

Peserta karavan dikumpulkan di dalam lapangan basket DSI, kita mendengarkan wejangan-wejangan dari Bulent Yeldrim yang berbahsa Turki diterjemahkan oleh Ukhti Nalal Dan (salah satu pengurus IHH pusat), diantara isi pesannya adalah para aktivis dalam karavan ini harus sabar dalam menghadapi tekanan ketika melakukan aksi perlawanan untuk Palestina karena pihak yang kita lawan adalah israel yang sangat licik dan tangguh dalam mengagalkan setiap misi untuk Palestina, termasuk juga menghadapi pemerintah Mesir yang hobi mengundur-undur setiap permohonan izin ke Gaza melalui perbatasan Rafah, beliau sendiri pernah tertahan di Latakia
(pelabuhan di Syria) menuju El Arish selama lebih kurang 3 pekan, Subhanallah.

Semua agenda tuntas hari itu, sebelum tidur kita didatangi salah seorang
veteran Mujahid dari Hizbullah Lebanon yang kakinya cacat permanen setelah ikut amaliah bersama Hizbullah, Akhi Niham namanya sosok yang tampak religius,
berjenggot, berpeci dan di saku bajunya terselip mushaf Al Qur'an dan siwak,
kita berbincang sejenak, kemudian saya terkejut ternyata Akhi Niham adalah
Sunni bukan syiah, ini merupakan fakta penting bahwa memang ternyata tidak
semua orang Hizbullah adalah syiah, saya pun teringat ketika perjalanan ke
Diyarbakir kami disambut iring-iringan kendaraan, ada satu kendaraan yang
mengibarkan bendera Hizbullah terlihat dan di dalamnya ada akhwat bercadar,
sementara dari kesimpulan saya dilapangan setiap akhwat bercadar yang ada itu
adalah Sunni bukan syiah mengingat selama 8 hari saya di Iran saya tidak
melihat akhwat bercadar meraka hanya mengenakan abaya panjang berwarna hitam
saja tapi tidak bercadar. Sekali lagi ini fakta menarik semoga menjadi
informasi berharga ketika pulang ke Indonesia nanti, sekarang kita telah siap
memenuhi hak badan untuk istirahat.

Akhir Kunjungan di Wilayah Kurdi, Turki

Ahad, 19 Desember 2010

Pagi seperti biasa, kita sarapan sebongkah roti dan pelengkap lainnya. Pukul.08.30, kita berangkat ziarah ke makam Asy Syahid Ali Heyder Bengi, disana kita berjumpa dengan istri dan anak-anaknya yang berjumlah 5 orang, pagi itu Diyarbakir diguyur hujan sejak dini hari. Kita langsung menuju Gaziantep, sebelum tia di Gaziantep kita jumpa pers di beberapa wilayah diantaranya Uzfa Syverek dan Sanliurfa masih wilayah Kurdi, setiap jumpa pers dikawal ketat oleh aparat bersenjata lengkap, di Sanliurfa kami sempat berbincang dengan penduduk lokal, mereka bercerita bahwa Sanliurfa adalah daerah yang pernah di datangi oleh Nabi Ibrahim, Ilyas, Ayyub 'Alaihimussalam, peserta karavan disuguhi makanan khas penduduk lokal sejenis kolak dengan isi kacang-kacangan. Alhamdulillah,cukup mengganjal perut kali itu mengingat mulai hari kemarin kita bukan hanya menjamak sholat namun juga menjamak makan siang dan makan malam, dalam kelakarnya Pak Cik berkata, “Ini real karavan, bukan hanya sholat dijamak, makan pun dijamak pula...”.

Mulai dari Sanliurfa, satu mobil patroli aparat bersenjata lengkap mengawal kami hingga tiba di Gaziantep, jalur yang kita gunakan ke Gaziantep tepat dekat daerah yang berbatasan dengan utara Irak yang dipenuhi perbukitan batu.

Kumandang adzan Maghrib menyambut kami di Gaziantep kota yang sesak dengan
rusun-rusun seperti di Van, nampaknya model hunian rusun menjadi tren di pusat-pusat kota di Turki. Stadion Sehit Kamil At Taturk Kultur Ve Spor Merkezi adalah tempat jumpa pers dan istirahat terakhir kami di Turki, peserta karavan yang Muslim langsung melaksanakan sholat. Banyak masyarakat yang menyambut,
namun jumpa pers berjalan sangat singkat, para peserta menghabiskan sisa malam
dengan berinternet ria karena terdapat fasilitas wifi di lobinya dan para
peserta memanfaatkan fasilitas itu untuk saling berkirim kabar ke negara
masing-masing.

Selamat Tinggal Turki, Doa Kami Untuk Bangsa Sholahuddin Al Ayyubi

Senin, 20 Desember 2010

Peserta karavan berkemas dan menuju lobi untuk sarapan pagi. Setelah itu kami
langsung bergegas mengangkut barang ke bus untuk berangkat menuju perbatasan
Turki (Killis)-Syria (Allepo). Banyak hal menarik yang bisa kita cermati di
Turki walau waktu kami sangat singkat di negara itu, diantaranya usaha
pemerintah Turki untuk mempertahankan sekulerisme-nya yang luar biasa dengan
cara mengenang bapak sekulerisme mereka melalui gambar maupun patung-patung,
selama 3 hari kami di Turki setiap fasilitas umum yang kami singgahi selalu
terdapat gambar atau patung Mustafa Kamal At Taturk. Hal lain yang bisa kita
cermati adalah sikap aparat polisi maupun tentara yang kami jumpai terlihat
kurang begitu bersahabat dengan karavan, mereka cenderung memandang kami dengan pandangan penuh curiga terlebih di wilayah mayoritas Kurdi. Sepanjang jalan
iring-iringan mobil-mobil yang mendampingi karavan tidak terlihat bendera
negara Turki, yang ada hanya bendera IHH, bendera Palestina, dan
bendera-bendera simbol perlawanan Islam saja, kabar yang kami terima IHH memang organisasi memiliki perselisihan dengan pemerintah Turki seputar
program-program mereka khususnya terkait Palestina.

Para peserta berangsur keluar dari stadion, ada kabar tidak sedap ketika itu,
Ibrahim dan Gudmann dikeluarkan dari karavan, mereka tidak lagi diizinkan ikut
karavan dengan sebab yang belum jelas, intinya Feroze sebagai koordinator karavan memutuskan mengeluarkan mereka, ada yang mengatakan mereka dkeluarkan karena mereka ekstrimis Kurdi, Wallahu'alam,paling tidak ini menjadi bukti bahwa memang ada sesuatu yang tidak adil terkait dengan orang-orang Kurdi.

Kami berangkat dengan kata perpisahan dengan Ibrahim dan Gudmann, 1 jam perjalanan, kami telah tiba di perbatasan Killi-Allepo, waktu menunjukkan pukul 09.40, kita jumpa pers sejenak dan mendengarkan pidato pelepasan dari Akhi
Husen Oruch (Wakil Presiden IHH), kemudian kita masuk kawasan perbatasan mengurus visa dan sebagainya. Selamat tinggal Turki, semoga Islam akan kembali
menyinarimu.

Kita nantikan cerita langsung dari perjalanan Akhi Angga dan rombongan dalam misi kemanusiaannya Asia to Gaza Solidarity Caravan selanjutnya..

Semoga Allah melindungi kalian dan seluruh kaum muslimin di belahan bumi ini :)






Asia to Gaza Solidarity Caravan (Part - 1)

Hampir 2 pekan berlalu tepatnya pada hari rabu 8/12, delegasi Indonesia yang dikirim bertolak ke Iran untuk bergabung dengan misi "Asia to Gaza Solidarity Caravan", sebuah konvoi solidaritas bangsa-bangsa Asia yang bertujuan membuka blokade ilegal Israel terhadap Jalur Gaza menjalankan misinya. Delegasi dari Indonesia mengirimkan beberapa belasan relawan Indonesia, selain dari MER-C. berasal dari beberapa organisasi peduli Palestina seperti "Voice of Palestine", "Aqsa Working Group", "Hilal Ahmar Society Indonesia", serta delegasi dari Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI).

Delegasi asal Indonesia itu bergabung dengan ratusan relawan dari sedikitnya 13 negara Asia untuk bersama-sama melakukan kampanye kemanusiaan di sepanjang rute konvoi yang sudah ditentukan, untuk kemudian berupaya menembus blokade Gaza.

Selain melakukan kampanye, peserta konvoi juga akan membawa sejumlah bahan bantuan yang diperlukan rakyat Gaza. "Asia to Gaza Solidarity Caravan" diorganisir oleh Asian People`s Solidarity for Palestine (APSP). APSP merupakan aliansi dari organisasi masyarakat, gerakan sosial, serikat buruh, dan lembaga masyarakat sipil di Asia.

Tujuan aliansi ini adalah untuk bersama-sama berjuang bagi perdamaian, kebebasan dan martabat manusia melawan pendudukan, imperialisme, apartheid, zionisme dan segala bentuk diskriminasi termasuk diskriminasi agama.

Dan inilah sepenggal kisah salah satu relawan dari "Hilal Ahmar Society Indonesia" akhi Angga Dimas Pershada selama mengikuti misi kemanusiaan Asia to Gaza Solidarity Caravan.

"ALHAMDULILLAH ana dan dr.Misbah, dalam keadaan sehat dan baik, berikut adalah sebagian foto2 kegiatan kami di Tehran dan Kerman (Iran)."

1. Tanggal 9 pukul. 02.55 waktu tehran, kami baru tiba di bandara Internasional imam khomeini, Tehran

2. Perjalanan kami menuju bandara mehrabad untuk penerbangan lokal, kami terbang dengan pesawat Mahan Air menuju ke Kerman-Iran tengah

3. Penyambutan kami yang dilakukan oleh EO lokal khususnya LSM Unified-Ummah di bandara Internasional Imam Khommeini

4. Kegiatan didalam Kerman University yaitu semacam seminar didahului longmarch dari luar kampus menuju lokasi seminar

5. Penyambutan kami dibandara Kerman, disana juga tiba Red Cresent Iran

6. Konferensi Pers perwakilan dari india dan Indonesia yg diwakili oleh Irman Abdurrahman (VoP) di Kerman University
























Ini adalah aktivitas kami di tanggal 10 Des 2010


1.Suasana perjalanan kami dari Kerman ke Yazd didalam bus, perjalanan 5 jam.

2.Susana penyambutan kami di kota Yazd diringi dengan konvoi kendaraan bahkan funbike dari Mehris (kota industri)-Yazd

3.Situasi orasi terbuka di tengah kota Yazd sebelum sholat jumat dihadiri sekitar 1000-an orang dari kalangan tua,muda bahkan anak2 SD dan TK, disana masyarakat meneriakkan yel-yel mengutuk israel dan sesekali mengucapkan pujian-pujian kepada Husein bin Ali RA mmengingat masyarakat syiah di Iran sangat terinspirasi dengan pengorbanan Husein RA dan juga saat2 ini telah dekat masa hari Asyura

4.Suasana Forum lintas agama di Hotel Sheykh Bahaei-Isfahan, dalam forum tersebut yang berbicara adalah gubernur Isfahan, perwakilan masyarakat syiah, pendeta dari kristen katolik, kemudian rabi yahudi, smua berbicara tentang ketidak setujuan mereka terhadap zionisme dan dukungan untuk membebaskan ghaza dari blokade kegiatan selesai sekitar pkl.23.15 malamdan kami bermalam di hotel tersebut(kayaknya bintang 4, lumayan juga ALHAMDULILLAH).