Senin, 08 November 2010

Manhaj Qoth’i Ini (Qital) dan Usaha Musuh Memandulkannya

Risalah ini merupakan pesan sekaligus tazkiroh yang sangat berharga buat kita semua yang memilih jalan tauhid dan jihad. Risalah dari balik jeruji besi, yang ditulis langsung oleh ikhwan yang sekarang merasakan nikmat dari sebuah prinsip dan pengorbanan yang menjadi pilihannya. Prinsip bukanlah benda mati yang tertera di dalam buku-buku atau terpendam di dalam hati. Prinsip adalah sesuatu yang hidup di dunia nyata, meski kita tidak menyadarinya. Jika antum ingin mengetahui harga sebuah prinsip bagi seseorang. Lihatlah sejauh mana pengorbanannya terhadap prinsip tersebut.


Kata-kata di atas sempat menyita perhatian saya. Sebuah kata-kata yang menyimpan makna mendalam yang tidak dapat dipahami oleh selain orang yang memiliki prinsip yang kuat dan nilai yang tinggi lagi mulia. Alangkah indah kata-kata yang diucapkan penyair berikut :

“Barangsiapa memiliki tekad kuat untuk meraih kemuliaan..
Apa saja yang dihadapi dalam memperjuangkannya terasa nikmat..”


Saya teringat dengan kisah Al Mutanabbi yang membayar mahal untuk sebuah bait syair yang dia ucapkan ketika dia hendak menyelematkan diri dari orang-orang yang hendak membunuhnya anaknya berkata kepadanya : “Bukankah engkau telah mengatakan, Aku dikenal pemberani oleh kuda, malam, padang sahara, pedang, tombak, kertas dan pena.

Demi mendengar itu, ia pun tidak jadi lari. Dia kembali untuk berperang sampai terbunuh. Hanya supaya tidak dikatakan pengecut. Lain lagi Abu Jahal dia ingin sekali membunuh Muhammad S.A.W. Dia mencari-cari waktu yang tepat untuk melaksanakan keinginannya tersebut. Dia telah kerahkan segala kemampuannya untuk membunuh orang yang telah merubah tatanan masyarakatnya. Namun begitu dia tetap tidak mau mengorbankan prinsipnya, demi menjaga wibawa dan kehormatannya. Meski untuk itu ia harus kehilangan berbagai kesempatan emas untuk melaksanakan keinginannya itu. Salah seorang pengikutnya mengatakan kepadanya : “Kenapa kita tidak datangi saja Muhammad ke rumahnya lalu kita bunuh, daripada kita terus diam saja” Abu Jahal menjawab “Supaya bangsa Arab tidak mengatakan bahwa kita telah membunuh anak kabilah kita sendiri.”

Inilah sepenggal kisah orang-orang yang memegang prinsip. Berapa banyak orang sanggup menderita atau menahan kesenangan dan hawa nafsunya demi prinsip yang mereka miliki, padahal itu hanya prinsip yang mereka miliki, padahal itu hanya prinsip duniawi. Namun karena mereka merasa mulia dan punya wibawa sehingga kalau mereka melakukan tindakan-tindakan hina yang tidak pantas dilakukan orang yang jantan, mereka khawatir akan hina dimata orang, maka mereka sanggup berkorban dan menahan diri. Kalau begitu apa kiranya yang pantas kita katakana kepada orang yang justru mengorbankan bahkan menjual harga dirinya atau negrinya atau agamanya atau saudara-saudaranya dengan beberapa keeping uang atau kesenangannya atau jabatan?

Jika perjuangan untuk sebuah prinsip yang tujuannya hanya untuk menjaga gengsi dan wibawa, serta supaya tidak direndahkan orang itu saja seperti ini. Lalu bagaimana kiranya jika prinsip yang diperjuangkan itu berkaitan dengan agama dan kepentingan akhirat.

Dahulu ketika Sa’ad bin Abi Waqqosh masuk Islam ia mendapat tekanan dari ibunya agar dia meninggalkan agama barunya itu. Ibunya pun mogok makan. Pada saat itu Sa’ad mengatakan kepada ibunya “Wahai ibu, andaikan ibu punya 100 nyawa, lalu nyawa itu keluar satu persatu, aku takkan meninggalkan agamaku, maka terserah ibu, mau makan atau tidak.”

Ada lagi An Nablusi. Seorang penguasa Daulah Fathimiyah yang kafir memanggilnya, lalu mengatakan kepadanya “Benarkah kamu mengatakan jika aku punya 10 anak panah akan ku gunakan 9 buah untuk membidik orang Nasrani dan 1 buah untuk membidik orang-orang Fathimiyah?.” An Nablusi menjawab “Aku tidak mengatakan seperti itu yang aku katakan adalah jika aku punya 10 anak panah akan ku gunakan 9 buah untuk membidik kalian dan 1 buah untuk orang-orang Nasrani.” Kemudian An Nablusi dikuliti dari kepalanya ketika sampai daerah jantung ia ditusuk.

Dalam kisah lain, Sholeh Ismail penguasa Damaskus meminta bantuan kepada bangsa salibis untuk memerangi Najmuddin Ayyub yang memerintahkan Mesir. Dan sebagai imbalannya, Sholeh Ismail sanggup memberikan persenjataan dan mempersilahkan bangsa salibis itu untuk masuk Damaskus. Hal itu diketahui oleh Al ‘Izz bin Abdis Salam. Ini adalah pengkhianatan yang dilakukan Sultan Sholeh.

Al ‘Izz pun segera naik mimbar dan menjelaskan tentang tercelanya memberikan loyalitas kepada musuh dan hinanya sebuah pengkhianatan. Demi mendengar itu Sultan Sholeh segera memerintahkan untuk menangkap Al ‘Izz dan mengasingkannya. Melihat kejadian itu rakyatpun mendatangi Sultan dan memprotesnya. Maka Sultan pun mengirim utusan kepada Al ‘Izz ditempat pengasingannya. Utusan itu mengatakan kepadanya “Tuanku meminta agar engkau kembali. Hanya engkau harus mencium tangannya.”

Al ‘Izz dengan tegas menjawab “Wahai orang yang malang, kembalilah dan katakana kepada tuanmu ‘Al ‘Izz itu demi Allah tidak mau engkau cium kakinya, lalu bagaimana mungkin dia mau mencium tanganmu, Wahai orang yang malang! Dunia kalian lain dengan dunia kami.”

Diantara yang teguh memegang prinsip lainnya adalah Imam Ahmad bin Hambal. Beliau mengisahkan “Berkali-kali saya tidak sadarkan diri. Jika saya tidak lagi dipukul baru saya sadar kembali. Dan pukulan itu tidak ada hentinya kecuali saya telah tumbang.”

Namun beliau tetap teguh diatas prinsipnya sampai akhirnya Allah memenangkan sunnah melalui perantara beliau.

Kalau mau dikisahkan semua orang-orang yang memegang prinsip pasti banyak sekali dan akan menghabiskan banyak halaman. Namun ini cukup untuk menjelaskan bahwa orang-orang yang mau menjual prinsip mereka dengan harga yang murah namun ia berlagak mengajak kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah. Sesungguhnya mereka itu ibarat laba-laba yang membuat sarang dan rumah laba-laba yang paling rapuh.

Ikhwah fillah!

Marilah kita teguhkan pendirian kita. Jangan seperti bunglon atau beo. Jika orang itu baik ikut baik, jika orang itu tidak baik, juga ikut tidak baik. Mari kita membiasakan untuk berdoa : “Ya Allah, yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami dalam mentaati-Mu. Ya Allah, jika Engkau hendak menyesatkan suatu kaum maka cabutlah nyawaku dalam keadaan tidak tersesat!”


Source: http://arrahmah.com/index.php/blog/read/9705/risalah-dari-balik-jeruji-besi-prinsip-perlu-bukti-dan-pengorbanan#ixzz14i2vZ9Vg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave Your Comment Here....