Senin, 08 November 2010

Risalah Dari Balik Jeruji Besi : “Agar Musibah Tetap Berpahala”

Ditengah banyaknya musibah yang melanda negri ini, dengan banyaknya kezoliman yang dilakukan oleh pemimpin negri ini terhadap para pejuang syari’ah, kiranya seluruh kaum muslimin dapat mengambil banyak pelajaran dari azab yang Allah timpakan seolah tak berhenti, dan manusia segera bertaubat dan kembali kepada Allah.

Risalah ini ditulis langsung oleh seorang ikhwan yang kini sedang diuji dan berada di balik jeruji besi (semoga Allah membebaskan seluruh mujahidin), beliau memaparkan bagaimana sikap seorang mukmin ketika musibah menimpa dirinya dan bagaimana saat musibah ini kita tetap mendapat pahala. Semoga risalah dan tazkiroh ini dapat memberikan pencerahan bagi kita semua.



Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Surah Ali Imron:

(146 )وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

(147)وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ



(148)فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ


Artinya : “Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (146) “Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".(147) “Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (148)


Sayyid Quthub rahimahullah ketika mengupas ayat-ayat di atas, beliau mengatakan “Kekalahan pada perang uhud adalah kekalahan yang pertama kali dialami kaum muslimin. Sebelumnya Allah telah memberikan kemenangan kepada mereka pada perang badar. Seolah sudah tertanam kuat dalam jiwa mereka bahwa kemenangan di segala peperangan itu sudah menjadi ketetapan hukum alam. Oleh karena itu ketika mereka mengalami kekalahan pada perang uhud, mereka terkaget-kaget menghadapi berbagai ujian, seolah mereka tidak membayangkan sebelumnya.


Mungkin ini sebabnya sehingga perang uhud dibahas sangat panjang dalam Al Qur’an. Penuturan itu mengalir terkadang dalam bentuk belas kasihan terhadap kaum muslimin, terkadang pengingkaran, terkadang peneguhan, terkadang dengan memberikan teladan dan terkadang berbentuk tarbiyah bagi jiwa mereka, pelurusan cara pandang mereka dan latihan buat mereka untuk merasakan masa yang akan datang. Karena jalan di hadapan mereka amatlah panjang. Peristiwa-peristiwa yang akan mereka hadapi amatlah berat. Pengorbanan yang harus mereka kerahkan sangatlah besar dan cita-cita yang hendak mereka raih sangatlah agung.


Teladan yang diberikan dalam ayat ini merupakan teladan yang bersifat umum. Tidak hanya seorang Nabi tertentu atau kaum tertentu saja. Allah hendak mempertautkan kaum muslimin dengan kafilah orang-orang beriman dan hendak mengajarkan kepada mereka adab orang-orang beriman. Allah hendak menggambarkan kepada mereka bahwa ujian itu adalah sebuah kepastian yang berlaku untuk semua dakwah, dan semua agama. Allah hendak mempertautkan mereka dengan para pendahulu mereka, pengikut para Nabi untuk menancapkan dalam indera mereka bahwa orang-orang beriman itu dekat dengan orang-orang beriman, juga menanamkan dalam hati mereka bahwa urusan aqidah itu satu. Bahwa mereka adalah bagian dari satu pasukan iman yang besar!


وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا

“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Q.S 3 : 146)


….Berapa saja Nabi yang telah berperang bersamanya jama’ah yang banyak, jiwa mereka tidak lemah menghadapi ujian, kesedihan, kesusahan dan luka-luka. Kekuatan mereka tidak luntur untuk terus berjuang dan mereka tidak tunduk kepada musuh karena tidak sabar. Inilah kondisi orang-orang beriman yang memperjuangkan aqidah dan agamanya.

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“Dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar.”



Orang-orang yang tidak lemah jiwa mereka, tidak pudar semangat mereka dan tidak luntur kekuatan mereka ataupun menyerah. Ungkapan cinta dari Allah untuk orang-orang yang sabar ini mengandung kecintaan yang mengobati luka, menghapus duka, serta melupakan kesusahan, kepedihan dan perjuangan yang pahit.



Sampai disini penjelasan ini telah membuat sebuah gambaran yang jelas bagi orang-orang beriman tentang posisi mereka dari ujian dan kesusahan. Kemudian dilanjutkan dengan menggambarkan kondisi yang tersembunyi dalam jiwa dan perasaan mereka. Sebuah gambaran adab terhadap Allah disaat mereka menghadapi situasi yang mencekam yang mengguncang jiwa dan marabahaya yang membelenggunya. Namun semua itu tidak dapat memalingkan jiwa orang-orang beriman untuk menghadap Allah. Bukan pertolongan yang pertama kali mereka minta. Padahal inilah yang pertama muncul dalam jiwa manusia biasanya. Akan tetapi yang mereka minta adalah maaf dan ampunan. Mengakui dosa dan kesalahan sebelum meminta keteguhan dan pertolongan menghadapi musuh.


وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Tidak ada yang mereka ucapkan selain : "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".



Mereka tidak meminta kenikmatan atau kekayaan. Bahkan mereka tidak meminta pahala dan balasan. Tidak meminta balasan di dunia maupun diakhirat. Mereka sangat beradab terhadap Allah dalam berdoa kepada-Nya ketika mereka berperang di jalan Allah. Tidak ada yang mereka minta dari-Nya selain pengampunan dosa dan peneguhan kaki serta bantuan untuk mengalahkan orang-orang kafir. Sampai-sampai bantuanpun tidak mereka minta untuk diri mereka sendiri, tetapi yang mereka minta adalah kekalahan untuk orang-orang kafir sebagai hukuman atas kekafiran mereka. Ini adalah adab yang sangat patut bagi orang-orang beriman terhadap Allah yang Maha Mulia.



Mereka tidak meminta sesuatupun untuk diri mereka sendiri. Maka Allah pun berikan kepada mereka segala sesuatu yang menjadi angan-angan para pencari dunia bahkan lebih. Allah juga berikan kepada mereka apa yang menjadi angan-angan pencari akhirat :


فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الآخِرَةِ


“Maka Allah beri mereka balasan di dunia dan sebaik-baik balasan di akhirat.”



Allah subhanahu wa ta’ala juga memberi kesaksian bahwa mereka adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka telah beradab secara baik, berjihad secara baik dan Allah telah mengatakan cinta-Nya kepada mereka. Ini lebih besar dari kenikmatan dan pahala.


وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.”



Sampai disini pemaparan itu berakhir. Ia mengandung berbagai hakikat besar dalam pandangan Islam. Episode kali ini telah menjalankan sebuah tarbiyah kepada sebuah jama’ah Islam. Sebuah jama’ah yang dipersiapkan untuk ummat Islam pada seluruh generasi (Fi Dzilalalil Qur’an).

Maka, marilah kita ikhlaskan apa yang telah terjadi dengan berharap pahala di sisi Allah, jangan terkecoh dengan orang-orang menyerah yang lebih mementingkan kesenangan dunia daripada iman dan Islam. Marilah kita jujur terhadap Rabb kita. Mari satukan barisan dan rapikan program. Semoga kita dapat merasakan kegembiraan dengan kemenangan suatu saat nanti.

(Ar Ruum : 4) وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ

Artinya : "Pada hari itu orang-orang beriman bergembira"



Wallahu Musta’an


Source: http://arrahmah.com/index.php/blog/read/9830/risalah-dari-balik-jeruji-besi-agar-musibah-tetap-berpalaha#ixzz14i7V1PE3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave Your Comment Here....